widgets

Jumat, 29 November 2013

“MEMBANGKITKAN SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN”
MENJADIKAN KUNCI KESEJAHTERAAN PETANI LUWU TIMUR
Penulis : Abdul Azis
Gambar 1 : Geologi Luwu Timur

“...Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman…”
Penggalan lagu “Kolam Susu” ini sudah tidak terdengar asing lagi dikalangan masyarakat. Lagu yang menggambarkan kekayaan bangsa ini masih cukup relevan dikalangan anak-anak. Sebuah lagu yang menggambarkan betapa besar sumberdaya alam yang terdapat di Indonesia seperti halnya dengan Pertanian.

Pertanian, apa arti kata dari pertanian tersebut? Dalam pegertian secara luas, Pertanian mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup untuk kepentingan manusia.

Kata “berkelanjutan” (sustainable), pada umumnya mengacu pada usaha dalam menciptakan hasil pertanian yang akan berlangsung secara terus-menerus yang secara mendasar berarti upaya dalam memantapkan hasil pertanian secara produktif dan tetap memelihara sumber daya dasarnya. Sehingga proses yang berkelanjutan dengan Input rendah dapat terlaksana pada Masyarakat secara umum.

Sebenarnya tidak ada resep mujarab yang mampu menjamin keberlenjutan pembangunan pertanian, akan tetapi ada beberapa kebijakan pembangunan petanian berkelanjutan yang dapat dipilih dan hal tersebut sangat tergantung pada pertimbangan bobot permasalahan, situasi, kondisi serta aspek lainnya. Pada hakikatnya kebijakan pembagunan pertanian yang berkelanjutan adalah memformulasikan persoalan kerusakan lingkungan serta kemunduran sumber daya yang mengakibatkan biaya sosial atau eksternalitas dan kebijakan pertanian. (Basri, 2009)

Hasil produksi pertanian di Kabupaten Luwu Timur meliputi tanaman pangan tahun 2009 mencapai 647,0 ton yang terdiri dari jagung, padi, dan kacang-kacangan yang pada umumnya masih relatif rendah ± 50-75% dari produktivitas yang dapat dicapai. Pada tahun 2008 dari areal perkebunan rakyat untuk komoditas kakao seluas 36.532.21 ha menghasilkan 13.572.22 ton biji kakao, kelapa sebesar 37348,60 ton dari luas lahan 4312,55 ha. Peran sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Luwu Timur yaitu sebesar ± 58.34% dari PDRB Kabupaten tahun 2010 dan ini jauh lebih besar dibanding Sulawesi Selatan (± 26.80%) dan Nasional Nasional (± 16.0%), hal ini menujukkan bahwa daya pertanian yang berdaya guna merupakan salah satu sumber daya utama dalam pembangunan ekonomi daerah. (Christianto, 2011)

Dalam mempertahankan ataupun meningkatkan hasil produksi pertanian Kabupaten Luwu Timur, penggunaan Sistem Pertanian Berkelanjutan dalam pengolahan lahan pertanian merupakan salah satu kunci kesejahteraan petani Luwu Timur dalam bidang pertanian organik yang dapat mempengaruhi pengembangan Agroindustri sebagai motor penggerak agribisnis yang menuntut hasil produk yang lebih rinci, berkualitas dan lengkap. Karena umumnya Pertanian berkelanjutan meliputi meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosioekonomi yang dilaksanakan dengan sistem yang melaksanakan pengurangan Input bahan-bahan kimia.

Pelaksanaan sistem pertanian berkelanjutan selalu melakukan prinsip dengan sistem penerapan pertanian organik yang diartikan sebagai praktek pertanian secara alami dengan lebih mengandalkan pada pemanfaatan sumber daya yang tersedia seperti bibit lokal, sumber air, matahari dan teknologi yang ramah lingkungan serta mengutamakan pemanfaatan kompos sebagai hara dan musuh alami atau pestisida dari bahan-bahan alami sebagai pengendali hama alami dengan hasil ramah lingkungan. Karena pada umumnya sistem ini merupakan penolakan terhadap pertanian modern yang memaksakan “high input” seperti pupuk, bibit, pestisida dan herbisida yang berbahan dasar kimia serta dapat. (Basri, 2009)

Luwu Timur, daerah yang teletak paling timur Provinsi Sulawesi Selatan dengan jumlah penduduk yang sebagian besar merupakan petani, sehingga menyumbang pendapatan daerah  hampir setengah dari hasil pertanian. Proses pertanian berkelanjutan dalam penerapannya di Luwu Timur masih kurang diminati oleh para petani, khususnya pada petani pangan dan perkebunan. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan bahan kimia dalam pertanian yang meningkat sehingga dampak negatif yang diterima semakin meningkat. Sehingga sangat berpengaruh terhadap Input yang lebih besar dibandingkan dengan Output Produksi yang akan diperoleh.

Mudah dan Cepat, itulah alasan sederhana dalam penggunaan bahan kimia yang terus berlanjut sehingga menjadi suatu kebiasaan. Proses yang lama dari Pertanian Berkelanjutan mungkin tak secepat dengan proses pertanian modern, namun hasil yang akan diperoleh serta dampak positif  masih dapat diperhitungkan. Sehingga upaya dalam peningkatan produksi jangka panjang hasil pertanian akan tetap terlaksana.

Siapa yang akan memulai? Pertanian Berkelanjutan merupakan proses yang tidak akan mudah kita lakukan sehingga sebagian masyarakat masih kurang melirik. Dalam memulai proses ini, bimbingan dalam menghilangkan kebiasaan penggunaan bahan kimia secara penuh menjadi salah satu cara melakukan praktek sistem pertanian berkelanjutan secara perlahan sehingga Input minimal yang dapat menghasilkan Output maksimal dapat terlaksana dan menjadi kunci dalam Kesejahteraan Masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA
Basri A. Bakar dan M. Nasir Ali, “Modul Latihan 2 Pertanian Berkelanjutan”, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (Aceh, 2009) hlm 2-5

Christianto Lopulisa dan Andi Hatta Marakarma, Tanah-Tanah Luwu Timur : Potensinya Bagi Pengembangan Agroindustri (Luwu   Timur, 2011) hlm 1 - 11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar